Tinggi, Impor dari China

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan antara Indonesia dan China masih defisit hingga saat ini.

Artinya, Indonesia lebih banyak mengimpor dari China ketimbang mengekspor barang ke negara tirai bambu tersebut. Kepala BPS Rusman Heriawan menyatakan pada Januari 2010, neraca perdagangan Indonesia-China tercatat masih defisit sebesar 366 juta dolar AS.

Pada Januari 2010, papar dia, ekspor Indonesia ke China menempati posisi kedua setelah Jepang dengan nilai ekspor 1,01 miliar dolar AS. Namun, impor nonmigas terbesar juga berasal dari China dengan nilai 1,41 miliar dolar AS. ’’Masih ada defisit perdagangan dengan China sebesar 366 juta dolar AS. Tapi defisitnya makin menipis,’’ cetus Rusman.

Terkait dengan kesepkatan perdagangan bebas dengan Asean-China atau Asean China Free Trade Agreement, Rusman belum berani memastikan dampaknya. Termasuk apakah ACFTA menjadi penyebab defisit perdagangan Asean-China makin mengecil.

’’Sekarang memang defisitnya makin mengecil tapi saya ngga berani katakan itu pengaruh free trade karena ini baru Februari, sedangkan ACFTA berlaku baru Januari. Mungkin ini kebetulan saja.’’
Struktur Ekspor Rusman menambahkan struktur ekspor Indonesia dinilai masih lemah karena hanya didominasi sektor sumber daya alam. Meskipun, ekspor Indonesia tidak jatuh terlalu dalam saat krisis global lalu.
Rusman Heriawan menyatakan memang ada masalah struktural dalam kinerja ekspor Indonesia.

Menurutnya, ekspor Indonesia memang terselamatkan terbukti dengan pertumbuhan minus hanya 15%, dan minus 10% untuk ekspor migas.

’’Tapi strukturnya memang masih ada masalah dan akan melemahkan ekspor kalau ekspor masih berbasis sumber daya alam dan belum diproses lebih lanjut,’’ kata Rusman. Dia menilai, tren kinerja ekspor selama ini masih didominasi produk-produk SDA seperti CPO (minyak sawit), batubara, dan produk-produk pertambangan lainnya.

Karenanya, kata dia, barang-barang ekspor yang belum mempunyai nilai tambah tersebut bisa labil.

’’Apalagi ketika ada subsitusi barang-barang seperti itu. Selama itu masih dibutuhkan ya tidak ada masalah. Tapi ke depan harus memperkuat struktur ekspor pada produk-produk yang sudah diproses lebih lanjut,’’ saran Rusman.

Sementara, Januari 2010 ekspor menurun dibanding Desember 2009. Rusman memaparkan, ekspor Januari 2010 tercatat turun 13,29% dibanding Desember 2009.

Nilai ekspor Januari mencapai 11,57 miliar dolar AS. ’’Walaupun masih di atas 10 miliar dolar AS tapi lebih rendah dibanding ekspor Desember 2009, yang masih jadi ekspor tertinggi,’’ jelas Rusman. (J10-59)
http://suaramerdeka.com

. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Tinggalkan Komentar