Krisis Gas, Stop Ekspor ke Singapura

Hal itu bisa dilakukan terkait rencana PGN yang akan memangkas pasokan gas 20 persen.
Selasa, 9 Maret 2010, 18:40 WIB
Arinto Tri Wibowo, Elly Setyo Rini
Pipa penyaluran gas (AP Photo)

VIVAnews - Kementerian Perindustrian mendesak agar ekspor gas ke Singapura dan negara lainnya seperti Jepang dan Korea dihentikan.

Hal itu bisa dilakukan terkait rencana PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang akan memangkas 20 persen pasokan gas ke industri per 1 April 2010.

"Kami prihatin apabila pasokan gas terhadap industri keramik, makanan minuman, baja, dan kertas dikurangi 20 persen," kata Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa 9 Maret 2010.

Dengan pemangkasan pasokan gas tersebut, menurut dia, industri pengguna gas akan kehilangan daya saing dan terancam gulung tikar.

"Kalau perlu korbankan ekspor ke Singapura, untuk eksistensi industri dalam negeri," ujarnya.

Meski terkesan berani, Benny menilai pemerintah harus segera menentukan sikap untuk membela industri dalam negeri. Menurut dia, tidak ada pilihan selain menghentikan atau minimal mengurangi ekspor gas.

"Dalam hal ini butuh keputusan berani dari menteri ESDM," ujar Benny.

Bahkan, dia berujar, pemerintah tidak perlu takut mendapatkan sanksi internasional karena membatalkan kontrak ekspor gas secara sepihak.

"Daripada industri kita kolaps, daya saing turun, dan banyak PHK, lebih baik kena sanksi," ujarnya.

Benny menyayangkan kebijakan energi yang lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan negara lain ketimbang domestik.

Premier Oil Natuna BV meneken kontrak ekspor gas ke Singapura dengan Sembawang Corporation melalui pipa milik ConocoPhilip. Kontrak ekspor gas tersebut disepakati dengan harga US$ 10-11 per mmbtu selama 18 tahun.

arinto.wibowo@vivanews.com http://bisnis.vivanews.com

. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Tinggalkan Komentar