:: Makanan Halal Menjadi Mainstream di Eropa ::


Bisnis penjualan makanan halal di Eropa dalam tahun-tahun mendatang tumbuh dengan cepat akibat semakin banyak supermarket yang membidik sektor ini, kata salah seorang petinggi Nestle kemarin.

Frits van Dijk, wakil presiden eksekutif di grup perusahaan makanan terbesar dunia ini berbicara pada Reuters di sela-sela acara World Halal Forum diThe Hague bahwa ia memperkirakan bisnis makanan halal di Eropa akan tumbuh menjadi 20 sampai 25 persen pada dekade mendatang.


Total pasar makanan halal Eropa saat ini bernilai sekitar US 66 milyar dollar, yang mencakup daging, makanan segar, dan makanan kemasan, sementara di pasar global bernilai sekitar US 634 milyar dollar.

“Kami mulai melihat produk-produk ini untuk tidak hanya dipasarkan di toko-toko khusus saja namun juga mulai masuk ke mainstream retail modern,” kata Van Dijk, seraya menunjuk perusahaan Inggris Tesco dan perusahaan Perancis Carrefour yang menyuplai makanan halal dalam penjualannya.

Industri makanan halal ini berdasarkan kepercayaan bahwa umat Muslim hanya boleh memakan makanan dan mengunakan barang-barang, misalnya kosmetik, yang “halalan toyyiban” yang berarti diperbolehkan dan baik.

Di antara makanan halal yang populer di Eropa saat ini adalah susu bubuk, bumbu makanan, dan saus. Sementara itu, Nestle baru-baru ini telah mulai menjual variasi produk daging-dagingan dan produk makanan halal beku di Perancis, kata Van Dijk.

Nestle saat ini merupakan perusahaan makanan halal terbesar di dunia. Pada tahun 2008, perusahaan ini menjual produk makanan halal senilai kira-kira 5,3 juta Frank Swiss (US5.23 milyar dollar), yang berarti sekitar 5 persen dari perdapatan per tahunnya.

Pasar makanan halal Nestle tersebar termasuk di antaranya Malaysia, Indonesia, Turki, dan negara-negara Timur Tengah, sementara pasar di Perancis, Inggris, dan Jerman kini meningkat sebab negara-negara tersebut merupakan kunci pasar halal di Eropa.

“Duapuluh persen populasi dunia akan didominasi Muslim suatu hari nanti, dan mereka memiliki harapan, mereka memiliki kebutuhan,” kata Van Dijk.

“Jika mereka ingin dibuat yakin bahwa apa yang mereka makan dan minum sejalan dengan keyakinan mereka, maka perusahaan seperti milik kami harus berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan mereka.”

Sekitar 85 dari total 456 pabrik Nestle di dunia kini telaah memiliki sertifikasi halal, namun Van Dijk menyebutkan perbedaan interpretasi standar halal di seluruh dunia menjadi tantangan tersendiri bagi industri tersebut.

Para ahli fikih Muslim tidak selalu sepakat mengenai halal itu sendiri. Islam melarang konsumsi babi dan menentukan bagaimana hewan harus disembelih, namun masih ada perdebatan tentang diterimanya bir non-alkohol, kolagen dan cuka.
Organisasi Konferensi Islam (OKI) tengah berupaya membuat sebuah standar yang akan diterapkan di 57 negara anggotanya. Ini merupakan langkah yang akan memacu pertumbuhan industri makanan halal ini, meski politik dan interpretasi yang berbeda akan menjadikannya sebuah tugas yang sulit. – Reuters.

http://rabithah.net/in/posting.php?id=168

. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Tinggalkan Komentar