Sekitar 1,56 miliar dari 6,6 miliar penduduk dunia adalah Muslim. Angka ini membuktikan betapa industri makanan halal cukup berpotensi dan mempunyai pasar yang besar di seluruh dunia. Jumlah itu tidak termasuk permintaan dari penduduk non-Muslim yang turut berminat mendapatkan makanan yang dikelola pengusaha Muslim. Karena, produknya dijamin berkualitas dan penyajiannya bersih.
Melihat potensi itu, kini Malaysia berusaha menjadi pengekspor makanan halal internasional. Berbagai peringkat, termasuk pembuatan, pabrik, dan pemasaran produk, akan bergandeng tangan memperkuat dan mengembangkan produk makanan halal agar dapat mendunia.
Perdana Menteri, Abdullah Ahmad Badawi, dalam penutupan Forum Ekonomi Dunia (WIEF) di Kuwait, pekan lalu, juga menegaskan negara-negara Islam harus memanfaatkan berbagai sektor. Khususnya, produk makanan dan keuangan halal yang diperkirakan bernilai 2 triliun dolar AS atau RM 6,3 triliun ringgit.Untuk mencapai misi itu, Malaysia sejak tahun 2004 menggelar Pameran Halal Internasional Malaysia (Mihas) sebagai platform untuk mengumpulkan dan membuka peluang perdagangan antarnegara Islam untuk mendapatkan sumber pasokan dan memperoleh produk halal yang berkualitas dunia.
Program tahunan yang sudah memasuki tahun kelima itu berakhir Ahad (11/5). Pameran yang digelar di Pusat Pameran dan Konvensyen Matrade itu mengkhususkan lima sektor utama, yaitu makanan dan minuman; farmaseutikal dan produk herba; kosmetik dan penjagaan kesehatan; perbankan dan keuangan serta sektor baru, yaitu pemrosesan makanan dan alat pembungkus yang merupakan saluran terbaik untuk mengembangkan industri makanan halal di Malaysia ke pasaran global.
Bertema 'Menyambung Pasaran Halal Global', pameran diikuti 622 stan 494 stan perusahaan lokal dan 128 stan internasional. Pameran ini diharapkan mampu menopang pertumbuhan industri makanan halal lokal. Untuk tahun ini, diperkirakan terjadi penjualan cepat sekitar RM 400 juta (Rp 1,04 triliun). Dibanding tahun 2007 yang hanya RM 209,7 juta (Rp 545,2 miliar), terjadi peningkatan. Tahun ini, stan pameran memang meningkat. Tahun lalu, hanya diikuti 514 stan.
Pameran Mihas 2007 berhasil mewujudkan 3.000 perdagangan senilai RM 600 juta (Rp 1,56 triliun) di kalangan 275 perusahaan internasional dengan 378 perusahaan lokal. Bagaimanapun, pada tahun ini, dilaporkan 5.249 pertemuan sudah diatur antara pembeli luar negara dan pengusaha lokal. Ketua Pegawai Eksekutif Mihas, Mohd Shukri Abdullah, mengatakan, melalui Mihas, pengusaha lokal dan antarbangsa dapat mengadakan jalinan kerja sama untuk mengembangkan produk makanan mereka di seluruh dunia. Dia menilai produk makanan Malaysia mempunyai kekuatan dan keunikan makanannya berkualitas, bersih, dan terutama memiliki label halal yang diakui Departemen Kemajuan Islam Malaysia (Jakim).
''Banyak produk halal pengusaha Malaysia yang sudah berhasil menembus pasaran luar negeri, seperti ke Inggris, antara lain keripik pisang dan ubi. Saat ini, kekuatan produk halal pengusaha Malaysia berdasarkan saos, kering, siap saji,'' kata Shukri Abdullah. Selain itu, Jakim, Jabatan Standard Malaysia, dan Institut Kelayakan dan Penyelidikan Perindustrian Malaysia (Sirim) mengeluarkan MS Halal 2004 pertama di dunia untuk barang makanan yang siap saji pada tahun 2004. Standar itu diakui dan diterima di seluruh dunia serta tersebar luas di ASEAN, Eropa, AS, Belanda, New Zealand, dan Australia.
Seharusnya agresif Mohd Shukri mengatakan industri makanan halal sangat besar dan pengusaha lokal seharusnya mengembangkannya dengan lebih agresif agar produk Malaysia bisa didapati dengan mudah di seluruh dunia. Karena itu, Mihas mempermudah perjalanan untuk mengekspor produk mereka. Pada Mihas kali ini, 60 persen pesertanya ikut pameran tahun lalu. Bahkan, Cina sebagai peserta internasional mencatat jumlah peserta terbanyak, yaitu 20 orang. Sedangkan, Palestina baru pertama kali. ''Kita yakin Mihas kali ini dapat mencapai tujuan untuk meningkatkan segi penjualan dan pemasaran.''
Tahun lalu, kata Shukri, ada pengusaha yang segan mengetengahkan produk mereka walaupun sebenarnya mampu menembus pasar dunia. ''Sudah menjadi tugas Mihas membantu mempromosikan peluang perdagangan. Contohnya, melalui Mihas, ada seorang pengusaha perusahaan kecil yang menjual keripik, lalu berhasil mendapat pesanan tiga kontener sebulan setelah ada perusahaan internasional yang tertarik dengan rasa dan kualitas makanan itu," katanya.
Shukri berharap pemerintah lebih fokus menyediakan rencana induk yang lebih komprehensif dan jelas agar dapat menopang pertumbuhan industri makanan halal ke tahap yang lebih tinggi, selain dapat memenuhi tujuan negara, yaitu menjadikan Malaysia sebagai pengekspor produk halal internasional.
Saat ini, kata Shukri, masih banyak yang harus dilakukan berbagai pihak, termasuk pengusaha lokal. Misalnya, mendapatkan sertifikat dan logo halal terlebih dulu untuk mempermudah produk mereka memasuki pasaran global. "Kita juga ingin tahu, kenapa sebagian produk makanan Malaysia tidak diperoleh di Makkah atau Jeddah. Padahal, mereka suka makanan halal produksi kita. Apakah disebabkan kita tidak cukup standar untuk kategori tertentu. Jika itu terjadi, pemerintah harus melihatnya dengan serius," katanya.
Yang diharapkan Mihas adalah membuka ruang kepada peserta, khususnya pengusaha internasional untuk mempelajari proses mendapatkan sertifikat halal. Bagi Malaysia, sertifikasi halal memberi kekuatan memperkenalkan dan memasarkan produk halal yang sudah pasti diakui di dunia internasional. njami'ah shukri
Sumber berita - www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=333683&kat_id=411