Saya memang belum mengalami pensiun, tetapi diminta untuk memberikan
intermezzo untuk yang mau pensiun, memang untuk admin, pensiun
ditetapkan bagi karyawan yang akan memasuki usia 56 tahun, satu (1)
sebelumnya ada masa persiapan pensiun, masa-masa inilah siapapun yang
akan pensiun akan merasa tak berguna, yang menjadi inti work shop adalah
bagaimana setelah tidak bekerja lagi alias pension. Saya mengambil
inisiatif untuk materi Work Shop adalah “Resiko dan Manfaat Memulai
Bisnis Setelah Pensiun” Menurunnya penghasilan serta kebutuhan financial
yang masih cukup tinggi setelah pensiun, membuat para pensiunan
berpikir untuk memulai bisnis setelah pensiun. Mungkinkah seorang
pensiunan baru mulai business, sedang kondisi fisik dan kesehatan sudah
menurun, walaupun tidak dapat dipungkiri banyak para pensiunan merasa
masih energik dan potensial untuk berkarya.
Rata – rata seorang pensiunan di Indonesia menghadapi tiga hal secara
bersamaan, menurut Adi Waluyo dan Sukatna Panca. M, kusulitan
financial, post power syndrome, dan menurunnya kesehatan secara dratis.
Pada masa sibuk dan aktif bekerja, tidak akan terpikirkan, persiapan
yang perlu dipersiapkan jika pensiun, baik dari segi mental maupun
financial. Menjadi trendsetter saat ini, perusahaan atau instansi
pemerintah memberikan pelatihan atau training entrepreneur karyawannya
sebelum pensiun. Ini merupakan terobosan yang bagus, tetapi akankah
semudah itu mengubah mindset seseorang, dari mental karyawan menjadi
mental entrepreneur.
Ada beberapa strategi perlu dicermati untuk memulai bisnis setelah pensiun,
1.Memulai bisnis , jauh sebelum pensiun.
Ini bukanlah patokkan harga mati, banyak juga para karyawan memulai bisnis di masa muda.
Mengapa bisnis harus dirintis jauh sebelum pensiun, pertimbangannya
mengubah mindset dari karyawan ke entrepreneur tidak semudah membalikkan
tangan. Membangun bisnis merupakan keniscayaan, bisa sukses atau gagal.
Butuh proses yang panjang untuk mencapai keberhasilan. Idealnya para
pensiunan tidak menggantungkan penghasilan sepenuhnya pada bisnis yang
sedang dibangun.
Apa yang dijalankan oleh Suhadi Sukama, bisa menjadi refensi bagi para
pensiunan. Suhadi telah mempersiapkan jauh hari sebelum pensiun. Ia
menekuni dunia agrobisnis. Selama ia bekerja di BUMN Indonesia, telah
mempelajari budi daya ayam ras, itik, serta uji coba bertanam sayur,
tanaman hias dan sebagainya. Kini dibawah bendera Eka Agro Rama, ia
menggeluti bisnis terintegrasi penanaman kopi, vanili, tanaman jati dan
ternak domba. Seharusnya bisnis sudah dirintis jauh – jauh sebelumnya.
Bagaimana dengan para pensiunan yang baru memulai bisnis setelah pensiun, mungkinkah!
Tidak ada sesuatu hal yang tidak mungkin di dunia ini, namun ada hal –
hal yang perlu dicermati bagi para pensiunan yang baru pertama kali
memulai bisnis setelah pensiun. Siap untuk berproses, siapkan mental
untuk sukses dan gagal. Menurut Robert T. Kyosaki, penulis buku, Poor
Dad and Rich Dad” , bahwa memulai bisnis, seperti terjun dari pesawat
tanpa parasit. Kita harus menciptakan parasit pada saat terjun, jika
gagal, pastilah jatuh. Ingin mulai lagi, naik pesawat kemudian terjun
lagi, sampai berhasil. Kapan keberhasilan itu akan di dapat, inilah yang
perlu dipersiapkan untuk para pensiunan, waktu itu tidak terbatas.
Mampukah para pensiunan menghadapi tantangan ini.
2. Manfaatkan potensi diri dan gunakan modal minimal.
Tidak dapat dipungkiri bahwa mindset seorang karyawan belum berubah pada
saat menapaki dunia pensiun. Sangat tergantung pada gaji bulanan,
konsumsitif, cenderung membelanjakan pada hal – hal yang kurang
diperlukan. Mulailah dengan modal yang minimal, berhentilah berangan –
angan memperoleh keuntungan besar di awal usaha. Galilah potensi diri,
hubungkan dengan hobby yang biasa dilakukan sehari – hari. Kembangkan
menjadi bisnis. Mungkin pengalaman Esrin bisa menjadi inspirasi kita, ia
pensiunan salah satu Departemen di lingkungan Pemerintah. Hobbynya
sungguh menggelitik, menyulam. Walaupun yang ditekuni selama bekerja
sebagai programmer, tetapi hobbinya jauh berbeda. “ Passion saya ada di
sulam menyulam. Hidup serasa bersemangat apabila melakukan kegiatan
tersebut”, urainya dengan penuh antusias. Nyaris tanpa modal, cenderung
minimal. Esrin hanya membeli kain kemudian menyulamnya menjadi
ornamen ornamen yang cantik, sehingga mempunyai nilai jual tinggi.
Bahkan para pelanggannya membeli dan membawa kain sendiri, tinggal esrin
merancang design dan menyulamnya. Esrin merekrut beberapa karyawan
setelah dilatih beberapa saat. Walaupun keuntungan dan penghasilan tidak
begitu besar, namun membuat Esrin sangat bahagia untuk mengisi hari –
hari pensiunnya.
Bahkan Esrin sempat menelorkan beberapa buku berkaitan dengan sulam
menyulam, yang sempat direspon positip oleh masyarakat. Dari hobi
berkembang bisnis, modal minimal, namun secara psikologis sangat
bermanfaat bagi kesehatan jiwa, semangat hidup serta membuat hidup esrin
merasa berarti, karena dapat memberikan lapangan pekerjaan pada orang
lain.
3. Hindari Post Power Syndrome, bekerja sesuai kemampuan.
Gejala umum pasca pensiun adalah Post power syndrome dan menurunnya
kesehatan secara dratis. Perasaan tidak berguna dan merasa tidak ada
yang mengacuhkan lagi adalah gejala ikutan para pensiunan. Apabila
perasaan tersebut tidak diantisipasi dini, akan mempengaruhi kesehatan
yang cenderung telah menurun di usia pensiun. Memulai bisnis di usia
pensiun, tidak harus menjadi milyuner atau jutawan, tetapi minimal
potensi diri termanfaatkan dengan baik. Mempunyai skill dan pengalaman
di bisnis yang digeluti sangatlah diperlukan, karena sangat mempengaruhi
bisnis yang akan dikembangkan. Hindari memperkerjakan karyawan di awal
memulai bisnis, untuk menghindari pembengkakan modal. Kerjakan sesuai
kemampuan dan kesehatan anda. Hindari bekerja terlalu keras, karena
power anda tidak sekuat muda dahulu. Pilihan bisnis yang akan ditekuni
di saat pensiun, sangat menentukan jalan hidup anda. Pemilihan bisnis
yang keliru, membuat stress Anda bertambah, modal habis tak berbekas,
akhirnya mempengaruhi kesehatan Anda. Pilihan bisnis yang sesuai dengan
pengalaman dan skill Anda, sehingga anda merasa bermanfaat bagi
keluarga, lingkungan dan masyarakat. Perasaan Post power syndrome pun
secara bertahap akan hilang.
4. Manfaatkan jaringan Anda.
Pemasaran atau promosi produk adalah hal yang sangat penting dalam
berbisnis. Para pebisnis senior rela mengeluarkan budget jutaan untuk
memasarkan produk baru. Tujuan pemasaran, disamping membangun brand
image juga pengenalan produk, sehingga orang mempunyai keinginan untuk
membelinya. Membangun brand image dilakukan secara terus menerus
disamping senantiasa harus menjaga kualitas produk. Bagi para pensiunan
yang baru memulai bisnis, memang perlu untuk pemasaran produk ini,
tetapi seyogyanya menggunakan modal se efisien mungkin. Pensiunan
pejabat, sangat dimungkinkan untuk memanfaatkan jaringan pada masa aktif
bekerja dahulu. Upayakan untuk mengkoleksi kembali nama, alamat dan
nomor handphone rekan rekan lama atau relasi anda dahulu, rangkumlah
menjadi satu database. Kecanggihan teknologi telekomunikasi dapat
dimanfaatkan untuk mengontak kembali dan mengenalkan produk yang Anda
jual. Sebarkan brosur seluas mungkin, untuk menjaring customer baru.
Layani customer Anda dengan sepenuh hati dan tanggapi keluhan mereka.
Dengan demikian customer merasa dihargai. Langkah – langkah tersebut
diatas akan memberikan dampak pada kehidupan Anda secara keseluruhan.
Anda merasa dibutuhkan, merasa tidak kehilangan pekerjaan dan merasa
bermanfaat bagi orang banyak.
5. Merekrut karyawan apabila benar – benar membutuhkan.
Merekrut karyawan baru perlu dipertimbangkan, apabila customer Anda
mulai berkembang dan permintaan produk semakin banyak. Kepentingan ini
dikaitkan dengan kesehatan dan tenaga para pensiunan yang mulai menurun,
dan tidak mampunya memenuhi permintaan customer yang meningkat. Perlu
dicermati merekrut karyawan mempunyai resiko, harus memberikan upah dan
kesejahteraan lainnya. Pertimbangkan untuk sistim pengupahannya.
Seyogyanya tidak diberikan upah bulanan, tetapi sesuai target produk
yang dihasilkan.
Sumber : http://blog.stie-mce.ac.id/tita/2014/09/29/resiko-dan-manfaat-memulai-bisnis-setelah-pensiun-disampaikan-pada-work-shop-untuk-petrokimia/